Qadariyah: Pahami Pengertian, Tokoh, dan Perkembangannya

Qadariyah adalah salah satu aliran dalam ilmu kalam (teologi Islam) yang muncul pada abad pertama Hijriyah, berpusat di Basrah, Irak. Nama “Qadariyah” berasal dari kata qadara, yang berarti kekuatan atau kemampuan. Aliran ini menekankan bahwa manusia memiliki kebebasan dan kekuatan penuh untuk menentukan perbuatan mereka sendiri.

Doktrin utama Qadariyah adalah keyakinan bahwa manusia bertanggung jawab penuh atas segala tindakan baik atau buruk yang mereka lakukan. Mereka berpendapat bahwa perbuatan makhluk berada di luar kehendak dan ciptaan Allah. Manusia berkehendak bebas dan menciptakan amal perbuatannya sendiri tanpa campur tangan ilahi.

Pokok pikiran Qadariyah ini lahir sebagai reaksi terhadap pandangan fatalisme ekstrem yang disebut Jabariyah, yang berpendapat bahwa semua perbuatan manusia telah ditentukan oleh takdir Allah. Qadariyah berusaha menjustifikasi keadilan Allah dalam memberikan pahala dan hukuman, karena manusia sendirilah yang memilih perbuatannya.

Tokoh-tokoh penting yang dikenal sebagai pelopor aliran Qadariya adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasyqi. Ma’bad Al-Juhani, seorang tabi’in dari Basrah, dianggap lebih senior. Keduanya disebut mendapatkan pengaruh dari pemikiran bebas yang berkembang di kalangan pemeluk agama Nasrani saat itu.

Perkembangan Qadariyah juga terkait dengan konteks politik pada masa Bani Umayyah. Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap kekejaman khalifah Bani Umayyah. Kaum Qadariya menolak legitimasi kekuasaan yang berbasis pada konsep takdir mutlak yang bisa dimanfaatkan untuk membenarkan tindakan zalim penguasa.

Meskipun Qadariyah menekankan kebebasan manusia, pandangan mereka dianggap terlalu ekstrem oleh mayoritas ulama Ahlusunah Waljamaah. Ahlusunah mengambil jalan tengah, meyakini bahwa manusia memiliki kehendak bebas (ikhtiyar) untuk berbuat, namun kehendak tersebut tetap dalam lingkup pengetahuan dan kehendak mutlak Allah SWT.

Debat antara Qadariya dan Jabariyah menjadi salah satu perdebatan teologis paling fundamental dalam sejarah Islam. Perbedaan mendasar adalah Qadariya cenderung menafikan takdir Allah dalam perbuatan manusia, sementara Jabariyah cenderung menafikan kehendak bebas manusia.

Memahami Qadariya penting untuk menelusuri sejarah pemikiran Islam dan perkembangan ilmu kalam. Meskipun pandangan ekstremnya tidak diikuti mayoritas, gagasannya berkontribusi dalam perumusan konsep kehendak bebas manusia yang lebih seimbang dalam teologi Islam.