Bali, pulau dewata yang kaya akan budaya Hindu, seringkali menjadi contoh nyata tentang indahnya toleransi beragama di Indonesia. Salah satu momen paling menonjol yang menunjukkan hal ini adalah ketika umat Muslim di Bali melaksanakan salat Tarawih di masjid-masjid saat umat Hindu menjalankan Hari Raya Nyepi. Fenomena ini bukan sekadar koeksistensi, melainkan cerminan dari penghargaan dan saling pengertian antarumat beragama yang patut dicontoh.
Hari Raya Nyepi adalah hari raya suci umat Hindu yang dirayakan dengan keheningan total. Selama 24 jam, mulai dari matahari terbit hingga terbit kembali esok harinya, seluruh aktivitas di Bali dihentikan. Jalanan kosong, listrik dipadamkan, dan tidak ada suara bising. Ini adalah momen untuk introspeksi diri dan meditasi, sehingga suasana sunyi mutlak harus tercipta di seluruh pulau.
Namun, di tengah keheningan Nyepi, umat Muslim tetap menjalankan kewajiban ibadah salat Magrib, Isya, dan Tarawih di masjid. Pihak berwenang dan pecalang (penjaga keamanan adat) Hindu secara aktif mengawal dan memastikan jamaah Muslim dapat beribadah dengan aman dan nyaman. Mereka menyediakan jalur khusus dan penerangan seadanya agar tidak mengganggu kekhusyukan Nyepi.
Sikap saling menghormati ini telah menjadi tradisi yang turun-temurun di Bali. Para tokoh agama dan masyarakat di kedua belah pihak senantiasa mengedepankan dialog dan musyawarah untuk memastikan setiap perayaan keagamaan dapat berjalan harmonis. Kejadian luar biasa ini menunjukkan kematangan toleransi yang tidak hanya diucapkan, tetapi juga diimplementasikan dalam praktik sehari-hari.
Umat Muslim pun menunjukkan pengertian dengan melaksanakan ibadah tarawih dan kegiatan di masjid dengan volume suara yang sangat rendah, atau bahkan nyaris tanpa suara keluar, untuk menghormati keheningan Nyepi. Adzan dikumandangkan dengan speaker internal masjid. Ini adalah wujud dari tasamuh (toleransi) yang sesungguhnya, bukan hanya menuntut hak, tapi juga memahami kewajiban.
Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai. Justru, perbedaan itu menjadi kekayaan yang memperkuat tenunan sosial. Bali mengajarkan kepada dunia bahwa harmoni dapat terwujud ketika setiap komponen masyarakat saling menghargai dan mendukung satu sama lain.
Momen seperti ini seharusnya menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia, bahkan dunia. Toleransi Beragama bukan hanya tentang tidak berkonflik, tetapi tentang membangun jembatan pengertian dan saling mendukung dalam menjalankan keyakinan masing-masing. Ini adalah fondasi kuat untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan damai.