esantren memiliki Strategi Pesantren yang terstruktur dan mendalam dalam mendidik kader ulama yang kompeten, siap menghadapi tantangan zaman. Lebih dari sekadar mengajarkan ilmu agama, pesantren berupaya menciptakan individu yang tidak hanya faqih dalam ilmu syar’i, tetapi juga memiliki integritas moral, kemampuan beradaptasi, dan kapasitas untuk membimbing umat. Strategi Pesantren ini menggabungkan tradisi klasik dengan inovasi kontemporer.
Salah satu Strategi Pesantren utama adalah penguasaan kitab kuning secara mendalam. Sistem pembelajaran seperti sorogan dan bandongan menjadi tulang punggung. Dalam sorogan, santri membaca kitab di hadapan kiai untuk dikoreksi langsung, melatih ketelitian dan pemahaman personal. Sementara itu, bandongan melibatkan kiai yang membacakan dan menjelaskan kitab kepada sekelompok santri, menanamkan kemampuan menyimak dan mencatat. Ini memastikan santri memiliki fondasi ilmu agama yang kuat, mampu membaca dan memahami literatur klasik secara mandiri. Sebuah laporan dari Forum Kajian Pesantren Nasional pada 25 Juni 2025 menunjukkan bahwa penguasaan kitab kuning menjadi indikator utama kompetensi ulama yang dicetak pesantren.
Selain itu, Strategi Pesantren juga melibatkan pembentukan karakter yang kuat. Disiplin dalam ibadah harian, kemandirian dalam mengelola diri, dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat di asrama, semua ini menanamkan nilai-nilai seperti kesederhanaan, gotong royong, tanggung jawab, dan tawadhu (rendah hati). Lingkungan yang kondusif ini melatih santri untuk memiliki akhlak mulia, yang merupakan prasyarat penting bagi seorang ulama. Pada 20 Juni 2025, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus mengadakan acara bahtsul masail (diskusi masalah keagamaan) sebagai sarana melatih santri berargumen dan berpikir kritis dengan tetap menjaga adab.
Adaptasi terhadap perkembangan zaman juga menjadi bagian dari Strategi Pesantren. Banyak pesantren kini mengintegrasikan pendidikan formal, bahasa asing (Arab dan Inggris), hingga keterampilan digital. Ini bertujuan agar kader ulama tidak hanya cakap dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan luas, mampu berkomunikasi dengan beragam lapisan masyarakat, dan memanfaatkan teknologi untuk berdakwah. Mereka dipersiapkan untuk menjadi ulama yang relevan, mampu menjawab isu-isu kontemporer dengan perspektif Islam yang moderat dan mencerahkan.
Dengan demikian, Strategi Pesantren dalam mendidik kader ulama sangat komprehensif. Perpaduan antara penguasaan ilmu agama klasik, pembentukan karakter, dan adaptasi terhadap modernitas memastikan pesantren terus melahirkan ulama-ulama kompeten yang siap membimbing umat dan berkontribusi positif bagi bangsa.