Di tengah riuhnya sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Pesantren Benteng Ilmu berdiri tegak sebagai garda terdepan, memainkan peran historis yang tak ternilai dalam melawan kolonialisme. Lebih dari sekadar pusat pendidikan agama, pesantren menjadi simbol perlawanan spiritual dan intelektual yang membakar semangat nasionalisme.
Sejak kedatangan penjajah, pesantren seringkali dipandang sebagai ancaman oleh pemerintah kolonial karena karakternya yang independen dan kemampuannya mengorganisir masyarakat. Berbeda dengan lembaga pendidikan lain yang mungkin terkooptasi, pesantren tetap mempertahankan identitasnya sebagai lembaga Islam tradisional yang mengajarkan kebebasan dan keadilan. Dalam konteks ini, Pesantren Benteng Ilmu tidak hanya mengajarkan Al-Qur’an dan Hadis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai anti-penjajahan, kemandirian, dan semangat jihad fi sabilillah. Para kiai, dengan kharisma dan kepemimpinannya, menjadi panutan yang menggerakkan santri dan rakyat untuk menentang penindasan.
Salah satu bukti nyata peran Pesantren Benteng Ilmu adalah keterlibatan aktif para kiai dan santri dalam berbagai pertempuran. Mereka tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai komandan perang dan pejuang di garis depan. Contoh paling ikonik adalah peranan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945, yang digagas oleh KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya di Surabaya. Resolusi ini mewajibkan setiap Muslim untuk membela tanah air, memicu semangat perlawanan terhadap tentara Sekutu yang berujung pada pertempuran 10 November. Ini adalah momen krusial yang menunjukkan bagaimana pesantren, melalui kekuatan spiritual dan persatuan, mampu menggerakkan massa dalam skala besar.
Selain perjuangan fisik, Pesantren Benteng Ilmu juga menjadi pusat perlawanan intelektual dan kultural. Mereka menjaga tradisi keilmuan Islam, mencegah indoktrinasi kolonial, dan melestarikan bahasa serta budaya lokal. Di pesantren, gagasan-gagasan kemerdekaan dan nasionalisme disemai melalui pengajian dan diskusi yang dilakukan secara rahasia. Banyak ulama pesantren yang juga menulis karya-karya yang membangkitkan kesadaran bangsa. Menurut catatan sejarah, banyak mata-mata kolonial yang kesulitan menembus jaringan pesantren karena sifatnya yang tertutup dan loyalitas santri yang kuat kepada kiai mereka.
Hingga kini, peran historis Pesantren Benteng Ilmu tetap relevan sebagai inspirasi bagi generasi penerus. Kisah-kisah keberanian dan pengorbanan para kiai dan santri menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak hanya membentuk intelektualitas, tetapi juga karakter dan patriotisme. Pengakuan terhadap peran ini semakin menguatkan posisi pesantren sebagai salah satu pilar utama dalam menjaga kedaulatan dan karakter bangsa Indonesia.