Pendirian Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) pada tahun 1936 menjadi tonggak penting dalam sejarah Pondok Modern Darussalam Gontor. Ini adalah bukti nyata bahwa Gontor tidak terpaku pada model pendidikan pesantren tradisional. KMI lahir sebagai jenjang pendidikan menengah yang setara dengan sekolah umum, namun dengan penekanan kuat pada bahasa Arab dan Inggris, serta integrasi ilmu-ilmu Islam dan umum secara seimbang.
Visi di balik pendirian Kulliyatul ini adalah untuk melahirkan ulama sekaligus cendekiawan yang mampu berbicara di kancah global. Trimurti, para pendiri Gontor, menyadari pentingnya penguasaan bahasa internasional di samping ilmu agama yang mendalam. Mereka ingin santri Gontor menjadi insan yang komprehensif, relevan dengan perkembangan zaman.
Kurikulum KMI yang digagas sejak pendirian Kulliyatul ini sangat inovatif pada masanya. Santri tidak hanya belajar Fiqih, Hadits, dan Tafsir, tetapi juga mata pelajaran umum seperti matematika, sains, dan sejarah. Seluruh mata pelajaran ini diajarkan dalam bahasa Arab dan Inggris, menciptakan lingkungan bilingual yang imersif.
Metode pengajaran di KMI pun berbeda. Pendirian Kulliyatul ini membawa semangat kemandirian belajar dan diskusi aktif. Santri didorong untuk berpikir kritis, berani berpendapat, dan mengembangkan kemampuan analisis. Sistem disiplin dan tarbiyah yang ketat juga diterapkan untuk membentuk karakter santri yang kuat dan berakhlak mulia.
Tujuan utama pendirian Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah adalah mencetak calon guru dan pemimpin yang berkualitas. Para lulusan KMI diharapkan tidak hanya mampu mengajar ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, serta menjadi agen perubahan di masyarakat. Mereka dipersiapkan untuk menjadi figur yang berilmu dan berintegritas.
Inovasi yang dibawa oleh KMI ini menjadikan Gontor sebagai pelopor pendidikan pesantren modern di Indonesia. Banyak pesantren lain kemudian terinspirasi dan mengadopsi model pendidikan yang memadukan ilmu agama dan umum, serta penguasaan bahasa asing. Gontor menjadi benchmark bagi pesantren-pesantren modern.
Hingga kini, KMI tetap menjadi tulang punggung pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Sistem dan kurikulumnya terus disempurnakan, namun esensi dari pendirian Kulliyatul ini, yaitu integrasi ilmu dan penguasaan bahasa, tetap dipertahankan sebagai ciri khas yang tak tergantikan.
Singkatnya, pendirian Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah pada tahun 1936 adalah sebuah revolusi dalam pendidikan pesantren di Indonesia. KMI menawarkan model pendidikan menengah yang seimbang antara ilmu agama dan umum, dengan penekanan pada bahasa Arab dan Inggris, mencetak santri yang siap menghadapi tantangan global.