Untuk mengapresiasi peran pesantren dalam membentuk karakter bangsa, penting untuk memahami sistem pendidikan dan kurikulumnya secara komprehensif. Pesantren adalah “madrasah rohani” yang didesain bukan hanya untuk transfer ilmu, tetapi juga untuk penggemblengan moral dan spiritual. Ini adalah lembaga pendidikan yang telah teruji zaman, menghasilkan generasi yang berakhlak mulia dan berwawasan luas.
Sistem pendidikan pesantren memiliki ciri khas yang membedakannya dari lembaga pendidikan formal lainnya. Salah satu elemen kunci adalah kemandirian. Santri belajar hidup mandiri, mengurus diri sendiri, dan berinteraksi dalam komunitas yang erat. Kurikulumnya pun unik, menggabungkan pendidikan agama klasik dengan ilmu pengetahuan umum, meskipun porsi agama tetap dominan. Pada hari Sabtu, 28 September 2024, di acara wisuda Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil. Al Makin, menyampaikan pidato yang menyoroti bagaimana memahami sistem pendidikan Gontor sangat krusial untuk mengadaptasi model pendidikan holistik di era sekarang.
Kurikulum pesantren umumnya berpusat pada kitab kuning, yang mencakup berbagai disiplin ilmu seperti Fiqih, Tafsir, Hadis, Tauhid, Akhlak, Nahwu, dan Sharaf. Metode pengajaran yang sering digunakan adalah sorogan (santri membaca di hadapan guru) dan bandongan (guru membaca dan santri menyimak), yang menumbuhkan interaksi personal dan pemahaman mendalam. Selain itu, banyak pesantren yang juga mengintegrasikan kurikulum nasional, sehingga santri dapat memperoleh ijazah setara sekolah formal. Hal ini penting untuk memahami sistem pendidikan yang adaptif.
Tantangan dalam memahami sistem pendidikan pesantren adalah keragamannya. Setiap pesantren memiliki kekhasan dan corak kurikulumnya sendiri, tergantung pada masyayikh (guru besar) dan tradisi yang dianut. Misalnya, ada pesantren yang fokus pada tahfidz Al-Quran, ada pula yang lebih menonjolkan kajian fiqih, atau bahkan pengembangan kewirausahaan. Pada 17 Agustus 2024, di perayaan HUT Kemerdekaan RI di halaman Polres Tasikmalaya Kota, Kapolres AKBP Arif Rahman Hakim sempat berdiskusi dengan pimpinan pesantren setempat tentang kontribusi pesantren dalam membentuk karakter pemuda yang patriotis, menekankan pentingnya memahami sistem pendidikan yang unik ini.
Secara keseluruhan, memahami sistem pendidikan dan kurikulum pesantren berarti menyelami sebuah model pendidikan yang holistik, membentuk individu yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual, mandiri, dan berakhlak mulia. Ini adalah model yang relevan untuk menghadapi tantangan zaman dan membangun generasi masa depan yang berkualitas.