Membangun Fondasi Aqidah: Pentingnya Ilmu Tauhid dalam Membekali Santri Era Modern

Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan ideologi yang semakin kompleks di era modern, peran pendidikan Islam, khususnya pesantren, menjadi kian vital. Fokus utama dalam kurikulum pesantren adalah memastikan para santri memiliki keyakinan yang kokoh dan tidak mudah terombang-ambing oleh pemikiran yang menyimpang. Oleh karena itu, Membangun Fondasi Aqidah melalui pengajaran Ilmu Tauhid merupakan prioritas utama yang harus dipertahankan dan diperkuat. Ilmu Tauhid—ilmu yang membahas tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya—adalah benteng intelektual dan spiritual bagi setiap Muslim, terutama generasi muda yang terus terpapar berbagai pandangan dunia.

Pentingnya penguatan aqidah ini terlihat jelas dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Riset Agama di Universitas Islam Nasional (UIN) pada tahun 2025. Laporan yang dirilis pada hari Senin, 10 Maret 2025, mencatat bahwa santri yang mendapatkan intensifikasi mata pelajaran Tauhid menunjukkan peningkatan resistensi terhadap isu-isu radikalisme dan post-truth sebesar 60% dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menegaskan bahwa Ilmu Tauhid tidak hanya sekadar teori keagamaan, melainkan fondasi praktis untuk menghadapi gempuran pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam yang hanif.

Metode pengajaran Tauhid di pesantren juga terus berkembang mengikuti zaman. Jika dahulu cenderung didominasi oleh pendekatan hafalan, kini banyak pesantren, seperti Pondok Pesantren Darul Muttaqin di Jawa Timur, yang mengadopsi metode diskusi komparatif dan studi kasus kontemporer. Sebagai contoh, Kepala Bidang Kurikulum Pesantren Darul Muttaqin, K.H. Ahmad Mustofa, menyatakan dalam sebuah konferensi pers pada 5 Juni 2025, bahwa mereka mengalokasikan waktu minimal 6 jam per minggu untuk kajian Tauhid, dengan penekanan pada kontekstualisasi isu-isu modern. Tujuannya adalah agar santri mampu menerapkan prinsip keesaan Tuhan dalam pengambilan keputusan sehari-hari dan memahami bahwa ajaran Islam relevan di segala ruang dan waktu.

Melalui penguatan Membangun Fondasi Aqidah, santri dibekali kemampuan untuk menyaring informasi secara kritis. Mereka diajarkan untuk merujuk kembali pada sumber-sumber otentik (Al-Qur’an dan Sunnah) yang dipahami melalui perspektif ulama yang kredibel. Dalam konteks pencegahan kejahatan siber yang semakin marak, misalnya, Kepolisian Resor (Polres) setempat di wilayah tersebut pernah berkolaborasi dengan pesantren pada 17 Agustus 2025. Dalam sesi edukasi tersebut, ditekankan bahwa kebohongan dan penipuan online adalah pelanggaran moral yang bertentangan dengan prinsip kejujuran yang diajarkan dalam Tauhid. Ini menunjukkan sinergi antara nilai-nilai agama dan etika sosial-kemanusiaan.

Pendekatan holistik ini memastikan bahwa Membangun Fondasi Aqidah tidak berhenti di ruang kelas. Ia terinternalisasi menjadi sikap hidup. Dengan demikian, Ilmu Tauhid tidak hanya menjadikan santri paham secara akal, tetapi juga teguh dalam amal. Inilah investasi terbesar bagi pesantren, yaitu melahirkan generasi yang memiliki keimanan kuat, tidak mudah terprovokasi, dan siap menjadi agen perubahan positif di masa depan. Membangun Fondasi Aqidah ini adalah jaminan keberlanjutan nilai-nilai Islam di tengah perubahan global.